Selasa, 15 Maret 2011

Mengapa Setiap Liburan Bandung MACET ?

Mungkin bagi sebagian besar orang weekend merupakan ajang untuk liburan, terlebih jika liburan panjang. Ini sudah menjadi ritual umum bahwa jika liburan identik dengan pergi keluar kota. Yah, mungkin mereka bosan dengan keadaan di kota mereka masing-masing. Sengaja mereka meluangkan waktu di liburan mereka untuk jalan-jalan ke luar kota.
Bandung, jika kita bicara tentang Bandung yang ada diingatan kita adalah belanja. Betul, belanja. Bandung merupakan kota wisata belanja yang menjadi sasaran banyak wisatawan terutama dari Jakarta. Mereka berbondong-bondong pergi ke Bandung hanya untuk sekadar jalan-jalan sambil belanja dan makan di tempat makan yang memang Bandung selain untuk belanja kota ini juga terkenal dengan wisata kulinernya.
Sebelumnya, saya adalah orang Bandung, yah meskipun baru tiga setengah tahun tinggal disini. Saya lanjutkan….
Yang jadi pertanyaan saya, mengapa mereka selalu dan selalu memadati kota Bandung jika musim libur tiba? Lalu saya mencari jawabannya kepada para wisatawan domestik tersebut. Sengaja saya pergi ke puast perbelanjaan sekalian jalan-jalan. Disana saya menanyakan pertanyaan tersebut, dan dia mengaku dari Jakarta dia beralasan bahwa disini (Bandung) adalah gudangnya pakaian murah dan gudangnya makanan jadi dia selalu berkunjung ke Bandung. Lalu saya menanyakan apalagi alasan nya? Secara mengejutkan dia menjawab menghindari kemacetan Jakarta. Lalu saya berkata ‘kan kalo yang dateng kesini banyakan tetep aja macet bu’ dia menjawab lagi macet di Bandung beda dengan macetnya Jakarta. (sungguh ibu yang aneh, macet kok ada bedanya sih, yang saya tau mecet tuh membosankan dimanapun dan kapanpun)
Yah, apapun alasannya, saya sebagai urang Bandung merasa bangga (karena disini jadi tempat wisata), merasa kesel (kalo udah terjebak macet) merasa iri (kok saya jarang belanja di Bandung eh, malah pendatang dadakan yang doyan belanja). Yah, daripada kena macet di jalan meding kalo liburan mah dirumah aja, jalan-jalan nya pas legi sepi aja (jam 2 malem) pasti ngga macet.

Internet, temannya atau musuhnya Pendidikan?

Akhir-akhir ini kita sering mendengar berita tentang menjamurnya atau membumingnya sebuah situs kumunitas sosial yang memiliki brand Facebook. Banyak pengguna internet menggunakan situs tersebut untuk bersosialisasi dengan  teman-teman nya, termasuk pengguna internet kalangan pelajar dan mahasiswa (termasuk saya). Hal ini merupakan sebuah fenomena wajar karena saat ini kita sebagai pengguna internet sangat dimanjakan dengan tarif internet yang semakin miring atau bahkan gratis (ditempat-tempat free hotspot).
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, apakah koneksi internet mereka hanya digunakan untuk bersosialisasi saja? Padahal, internet merupakan tempatnya atau lebih tepatnya disebut MAHA GUDANG informasi yang dapat digali, yang dalam hal ini siswa dan mahasiswa dapat menggunakan koneksi internet tersebut untuk mencari data atau informasi yang berguna bagi kelangsungan studinya.
Saya punya pengalaman pribadi, pernah ada teman saya yang sudah punya koneksi internet menanyakan kepada saya mengenai tugas salah satu mata kuliah lalu saya jawab “tanyakan ke bang Google.” Ini membuktikan bahwa kita selaku pelajar dan mahasiswa belum mengetahui atau lebih tepatnya belum mengoptimalkan internet sebagai mesin pencari pengetahuan.
Sebenarnya internet membuat beberapa ancaman baru bagi peserta didik diantaranya :
  1. Banyak sekali siswa-siswi sudah biasa membuang terlalu banyak waktu main games, misalnya Play Station dan Games Online.
  2. Terlalu banyak siswa-siswi juga sudah mulai menghabiskan banyak waktu di Internet di situs-situs hiburan (atau cari jodoh) seperti Facebook, Yahoo Messenger dan Friendster
  3. Lebih dari 90% bahan dan informasi yang bermutu, yang dapat meluaskan dan membuka pikiran dan kreativitas anak kita di Internet dalam bahasa Inggris. (ini terjadi karena kemampuan bahasa inggris kita kurang.)
Apakah sekarang internet hanya digunakan untuk bersenang-senang semata? Apakah internet sekarang hanya digunakan untuk chating saja?
Pertanyaan ini hendaknya kita jawab dengan jujur…